beragam

disini insyaallah terdapat berbagai hal yang onsya allah berguna bagi anda semua

noordin m top berdasarkan primbon

Ciri-ciri kematian Noordin M Top berdasarkan primbon nama sebenarnya harusnya mati di atap rumah.

Berikut ini adalah nama-nama Noordin berdasarkan primbonnya :

1. Kalau mati di kamar mandi = Noordin M Pup,
2. Kalau mati di kolam = Noordin M Pang,
3. Kalo mati di Clubbing = Noordin M Club or M bassy,
4. Kalo mati di taman lawang = Noordin M beeeerrr...

Kenalan dengan Einstein dan Otaknya

Kenalan dengan Einstein dan Otaknya
E= mc2 (E = energi, m = massa, c = kecepatan cahaya).
Formula tersebut
ditemukan oleh Albert Einstein yang berhasil meraih Hadiah Nobel untuk Fisika karena menemukan teori foton cahaya pada tahun 1921.
Albert Einstein lahir tanggal 14 Maret 1879 di Ulm, Wuttermberg- sekarang menjadi wilayah Jerman Barat. ia lahir dari pasangan Paulia Koch dan Hermann yang memiliki perusahaan kecil pembuatan alat-alat listrik. Kemudian, setelah berumur satu tahun Einstein dan keluarganya pindah ke Munich, Jerman.
Banyak orang mengira Einstein mengalami keterlambatan perkembangan. Karena, pada saat semua anak sebayanya sudah dapat berbicara, Einstein belum dapat bicara. Lalu, saat ia berusia 5 tahun, ayahnya memberikan sebuah kompas yang membuatnya terheran-heran. Ia heran mengapa jarum kompas tetap menunjuk ke utara meskipun kompas tersebut diputar ke segala arah.
Semasa SD Einstein sama sekali tidak menonjol. Bahkan, ia termasuk anak yang bodoh dan tidak menyukai disiplin sekolah yang keras. Ia juga tidak menyukai pelajaran yang bersifat menghafal fakta dan data. Ia hanya menyukai pelajaran yang berhubungan dengan teori seperti Fisika dan Matematika. Selain itu, ia lebih suka membaca, berpikir, dan belajar sendiri daripada mengikuti pelajaran yang diberikan di sekolah. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai murid yang bodoh, malas, pemalu, dan suka menentang tata tertib oleh guru-gurunya.
Selanjutnya, Einstein tidak lulus dari SMP. Ia tamat tanpa mendapatkan ijazah karena hanya mau mempelajari Fisika dan Matematika. Kemudian, perusahaan ayahnya bangkrut sehingga ia dan keluarganya pindah ke Swiss.
Einstein kemudian melanjutkan sekolahnya di Swiss. Ia lulus dari SMA, namun tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi. Setelah mengikuti ujian kedua ia baru lulus dan diterima di institut Politeknik di Zurich, Swiss.
Einstein jarang mengikuti kuliah. Ia lebih suka membaca dan mempelajari sendiri fisika teori. Kemudian, Ia bisa lulus karena meminjam catatan teman sekuliahnya.
Menginjak usia 21 tahun Einstein menjadi warga negara Swiss dan menganggur selama 2 tahun. Ia baru mendapat pekerjaan di kantor paten di Bern pada usia 23 tahun setelah selama 2 bulan menjadi guru Matematika. Kemudian, ia menikah dengan teman sekuliahnya, Mileva Marie, pada usia 24 tahun.Pernikahan mereka menghasilkan 2 orang anak laki-laki, tetapi tidak bahagia.
Dua tahun kemudian (1905) Einstein menemukan teori relativitas khusus. Sehingga, ia diangkat menjadi profesor Fisika teori di Universitas Zurich, Swiss dan di Universitas Jerman, Praha. Setahun kemudian ia diangkat menjadi direktur Institut Fisika Kaisar Wilhem di Berlin yang mengharuskannya kembali ke Jerman. Namun, Mileva tidak bersedia ikut pindah ke Jerman sehingga Eistein akhirnya bercerai dengan Mileva.
Tahun 1916 Einstein menemukan teori relativitas umum. Kemudian, tahun 1933 ia pindah ke AS karena Hitler memerintahkan untuk menangkap dan membunuh semua orang Yahudi di Jerman. Einstein datang ke AS bersama istri keduanya, Elsa. Di AS ia bekerja pada Institute for Advanced Study di Princeton.
Einstein tidak memeluk agama apapun. Tapi, meskipun demikian ia dikenal sebagai orang yang begitu mempercayai adanya Tuhan dan mengakui kekuasaan Tuhan. Einstein juga dikenal sebagai orang yang anti perang. Namun, meskipun demikian pada tahun 1939 Einstein mengirim surat kepada Presiden AS, Roosevelt, yang isinya meminta agar AS membuat bom atom untuk menghentikan perang.
Hingga kini Einstein dianggap sebagai salah satu manusia terjenius di dunia karena IQnya jauh melampaui IQ rata-rata manusia. Tercatat IQ normal adalah 115, sedangkan IQ Einstein > 200. Selain itu, berdasarkan analisis pada tahun 1999 diketahui ternyata struktur otak Einstein tidak umum. Otaknya berukuran lebih besar, namun tidak memiliki bagian parietal operculum dan lateral sulcus yang biasa terdapat pada otak manusia normal. Namun, bagian parietal lobe pada otaknya 15% lebih lebar daripada otak manusia normal. Selain itu, sel glial yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen dari tubuh ke otak juga ditemukan 73% lebih banyak di dalam otaknya daripada otak manusia normal.
Pada tanggal 18 April 1955 Einstein meninggal di Princeton, New Jersey, AS saat berusia 76 tahun karena pecahnya batang nadi/ aorta. Kemudian, setelah meninggal otaknya diambil dan diawetkan untuk kepentingan penelitian kecerdasan otak. Hingga kini otak Einstein masih disimpan dalam sebuah bank otak dan diperebutkan para ilmuwan karena penelitian masih terus berlanjut.

di ambil dari : http://id.shvoong.com/humanities/history-medicine-science/1728747-kenalan-dengan-einstein-dan-otaknya/

Kisah Si Playboy


Terjemahan oleh Misran

 Adapun saya, Tuanku, terlahir di kota Baghdad. Masa kecil saya amat suram, banyak rintangan hidup yang saya alami. Saya adalah anak seorang pedagang terkenal. Karena usaha niaganya yang besar dan masyhur itu, ayah harus dekat dengan para pejabat. Ayah selalu berkawan dengan para pembesar dan amir. Dengan terpaksa, ayah harus masuk mengikuti kebiasaan mereka, dan hidup ala mereka. Termasuk dalam hal menyekolahkan dan mendidik saya. Sebenarnya, ayah punya perhatian besar terhadap saya.

Beberapa bidang ilmu seperti sejarah, filsafat, astronomi dan seni musik saya pelajari dengan tekun. Namun di samping menguasai ilmu tersebut, saya amat menganggap remeh matematika dan ilmu hitung. Konyol dan memalukan rasanya belajar matematika dan ilmu hitung bagi seorang anak pedagang besar seperti saya. Padahal kalau saya mau berpikir sedikit, saya tentu akan menyadari bahwa mengerti seluk-beluk usaha orang tua saya merupakan tugas utama saya.

Mungkin karena “sisik” saya yang tidak elok, setamat sekolah saya langsung mengecap hidup yang bebas dan merdeka. Terjun ke dunia dagang dan mencari sobat sebanyak-banyaknya. Saya senang dengan teman-teman saya ini karena perangai mereka memang cocok dengan saya.

Malangnya, sebelum saya menyadari prilaku buruk, bahaya dan aib yang ditimbulkannya kelak bagi hidup saya, ayah lebih dahulu meninggal. Ia mewariskan kekayaan dan harta yang berlimpah ruah, serta usaha dagangnya yang besar untuk saya. Saya mengumumkan 40 hari masa berkabung. Untuk sementara, saya memilih mengucilkan diri dulu dari teman-teman. Namun usai masa melayat habis, saya kembali ke pola hidup saya semula yang bebas. Kendati saya tetap berziarah ke makam ayah sekali seminggu.

Suatu hari, usai melakukan kegiatan amal; membagi-bagikan harta kepada orang miskin, berpuasa dan menangis selama lebih dari satu jam, saya bertemu dengan seorang teman lama. Dia mengajak saya ke suatu tempat yang agak lengang. Ternyata di sana telah menunggu teman-teman lama kami. Aneka santapan lezat, lengkap dengan khamar tua, ia hidangkan. Mereka berpesta-pora, makan dan minum sepuasnya.

Awalnya saya ingin pamit, tetapi urung karena tidak mungkin rasanya tidak ikut dengan mereka. Saya ikut makan meski perasaan gelisah kemudian muncul. Anehnya, semakin banyak saya minum, perasaan gelisah saya semakin berkurang.

Menenggak minuman telah membuat gundahku sirna
Kami pun menenggaknya sepuasnya
Di dalam jiwa ini kelembutan seperti habis tiada terkira
Tetapi pada pipi-pipi kurus itu ia nyata


Pesta pora itu berlangsung semalam suntuk hingga pagi. Baru pada paginya saya bangun dan berpakaian. Namun, sebelum berpisah kami sempat mencicipi makanan yang enak-enak dan lezat. Pada saat itulah terlintas di pikiran saya untuk singgah di sebuah tempat ibadah. Kaki pun saya langkahkan menuju tempat itu. Sesampai di sana, langsung saya sambangi makam ayah dan memanjatkan sedikit doa untuk beliau. Air mata saya yang hangat meleleh. Kaki saya tertatih-tatih berjalan pulang ke rumah. Hati saya kembali sedih dan murung.

Namun, kemalangan saya belum berakhir karena saya bertemu dengan seorang teman yang lain. Ia mengajak saya ke sebuah taman hiburan. Aneka pohon yang rindang dan buah segar memenuhi taman itu. Sebuah sungai mengalir di tengah-tengahnya. Burung-burung bertasbih pada Tuhan:

Bibir tersenyum melihat kembang yang mekar
Ketika ia menyenandungkan kedatangan pagi
Dahan-dahan yang lemah gemulai menari
Dedaunan bertepuk dan burung bernyanyi
Sungai mengalir deras seperti
Rusa yang berlari meninggalkan perangkap
Diikuti angin sepoi-sepoi
Taman itu, di sebaliknya tempat air berlindung diri


Seuntai selendang merah berendakan sutera, bertatakan mutiara dan permata, terjuntai indah di tengah-tengah taman. Di belakang tirai itu berdiri empat orang gadis yang masih belia. Gadis-gadis nan cantik dan ayu bak purnama. Pipi dan postur tubuhnya indah menawan. Matanya tajam menaburkan benih asmara. Alisnya bertaut dan halus. Pipinya kemerah-merahan dan lembut, kelingkingnya mungil, giginya bagai mutiara, sedang bibirnya bagai cincin Sulaiman. Hati saya langsung tertawan. Saya terbuai rindu dan hasrat. Seakan di dunia ini, gadis-gadis itu menjadi satu-satunya impian.

Mereka menjadi sebuah pemandangan yang paling menarik, paling menawan, paling menyenangkan dan paling indah di taman itu. Sebab, mereka dikerumuni oleh aneka kembang yang semerbak dan melati, aneka buah, serta senandung merdu burung-burung. Ada burung qumry (sejenis merpati) menyandungkan tasbih, burung yamam (sejenis merpati) yang bertengger di atas pohon sambil berkicau, serta burung merpati yang bertasbih memuji Tuhan sepanjang malam dan siang.

Sebentar kemudian kamu sudah duduk di tempat itu. Sementara tuan puteri yang cantik itu menghibur kami dengan tembang-tembangnya yang indah. Duka lara yang menghimpit hati saya pun sirna seketika hanya karena melihat para belian cantik itu. Tembang mereka yang merdu pun membuat saya larut. Saya hanyut oleh rasa senang dan takjub yang membangkitkan saya dari duduk dan menuangkan arak ke gelas-gelas mereka. Segelas anggur pengobat resah dan nafsu masuk ke kerongkongan saya:

Gilirkan gelas di tengah bunyi air dituang
Sambil bersiul, ambillah dari tangan riang
Cepat nikmati, senandung bulbul menemani
Biar terasa lepas dan bebas jiwa
Di taman yang sepoi-sepoi anginnya
Seperti harum pakaian dari semilir wangi hawanya


Cukup lama kami menikmati keriangan itu. Bersenang-senang dengan gadis-gadis bertubuh wangi. Hingga teman, yang tadi mengajak saya ke tempat itu, memberikan isyarat. Barulah saya sadar meliha, setiap tubuh harum yang beranjak pergi menggandeng satu teman laki-laki. Setiap orang berduaan di mana pun tempat yang disukainya di taman itu.

Beruntunglah saya karena gadis tercantik di antara mereka memilih saya. Saya gamit lengannya. Saya dengarkan senandungnya yang riang; suara indah, lembut dan manja. Namun, duka cita menyebabkan saya tidak mudah larut dengannya. Akhirnya ia mengambil sebuah ranting dengan jemarinya yang centil. Mulailah ia menembang:

Oh cinta, jika bukan karena mata yang jelita
Mana mungkin mata kami enggan terpejam
Manalah mungkin hati kami akan tertawan
Hingga rela menanggung cemas dan cobaan
Jangan tertipu oleh mata yang mengantuk
Berapa banyak para budak yang berhasil ditawannya
Meski kelihatan seperti hampir terpejam, mata itu terbuka bagi hati
Yang membuatnya tertawan mati


Setelah mendengar tembangnya dan tahu bahwa kami sama-sama berhasrat, saya segera merangkulnya dan membawanya berjalan-jalan di sekeliling taman. Ia menempelkan pipinya yang lembut dan wajahnya yang ayu itu pada saya sehingga api asmara saya semakin menggelegak. Bak kata seorang penyair:

Ia singkap wajahnya yang bak purnama sempurna di angkasa agung
Ia berjalan seperti dahan kokoh di taman hasrat dan manja
Sekali tampak (mengundang) seperti rusa betina
Tapi kadang tampak (menantang) seperti kijang jantan
Ia kitari matahari karena hausnya
Lalu minum dari telapak tangan purnama
Tuangan ini hanya satu malam
Bukan tiap malam
Malam itu para bujang menjadi hamba sahaya
Dan gadis-gadis menyendiri
Kekasih dengan senang hati berkunjung
Setelah perpisahan yang cukup lama
Ketika kami berduaan, jangan pernah tanyakan
Apa yang terjadi di antara kami
Mata bersumpah demi keindahan
(bisikku di dalam hati)
Tak seorang laki-lakipun yang meraih kemenangan
Seperti kemenanganku pada malam ini


Saya dekati gadis saya dan dekapkan tubuhnya ke dada. Saya hujani lesung pipitnya yang bak mutiara itu dengan ribuan ciuman. Baru puas hamba melampiaskan hasrat pada gadis jelita itu setelah menghabiskan malam dengannya, dengan hati senang dan riang.

Tetapi ketika pulang ke rumah kembali terpikir oleh saya mengapa saya begitu memperturutkan hawa nafsu, begadang, bercanda dan menghabiskan malam dengan seorang gadis padahal saya baru saja kehilangan ayah tercinta? Anehnya, semua itu saya lakukan setiap kali usai menziarahi kuburnya? Maka, saya putuskan bahwa mulai saat itu saya akan berdiam saja di rumah dan menjauhi teman-teman serta kenalan (untuk beberapa waktu) guna menghapus dosa-dosa saya yang telah lalu.

Namun, benar kata Tuhan, “Tidak kan ada yang dapat menunjuki orang yang Aku sesatkan.” Sebab, tekad ini luluh-lantak hanya dalam beberapa jam saja. Kala matahari tenggelam ingatan saya kembali pada sobat-sobat kental saya. Hingga saya pun pergi menemui salah seorang mereka. Kami lalu berjalan bersama menghabiskan malam ditemani gadis-gadis cantik. Dalam pada itu, tak sedetik pun saya biarkan waktu berlalu agar dapat menikmati kesenangan itu, tak satu pun gadis yang tak saya goda dan gombali.

Akhirnya, uang saya pun ludes. Saya jatuh miskin dan hina, tidak punya apa-apa lagi. Pada saat itulah teman-teman menjauhi saya. Bila di antara mereka ada yang kebetulan bertemu saya, ia palingkan wajahnya. Jika saya ajak bicara, ia membalasnya dengan cerca. Saya teringat pada bidal yang mengatakan:

O sobat-sobatku yang banyak bertebaran, mengapa kemurahanku jadi sia-sia
O sobat-sobatku yang tidak seberapa, mengapa kemurahanku jadi kering hampa


Akibatnya, aku pun berusaha untuk tidak menemui mereka lagi. Namun, pada suatu malam di saat saya bertarung melawan gundah dengan menghirup udara malam, saya dilirik oleh sepasang mata di seberang jalan. Seorang gadis cantik ternyata sedang asyik memandangi saya. Bak purnama ia berjalan melenggak-lenggok, pakaiannya indah dan perhiasannya mahal. Saya jadi tidak tahan melihatnya:

Seorang gadis cantik mempertontonkan kecantikannya
Dengan gaya menantang dan pipi yang montok
Aku meliriknya dan langsung mabuk dibuatnya
Kutenggak araknya lalu bagaimana mungkin aku dapat sadar?


Saya pun dengan cekatan mengiringinya dari belakang hingga berhasil menyusulnya. Ia menatap saya dengan lembut sehingga seluruh syaraf saya menjadi bergetar. Saya mendekatinya dan bertanya di mana rumahnya, apa boleh saya mengantarnya pulang? Mendengar pertanyaan saya, ia hanya menggeliat manja. Apa salah kalau kita pergi ke rumahmu saja, sambut dia. Dengan senang hati, jawab saya pula. “Jika rumahku tidak cukup lapang buatmu, ada banyak rumah di hatiku.”

Kami pun berjalan beriringan hingga sampai di depan sebuah bangunan yang tinggi dan kokoh. Aku tak tahu siapa pemiliknya. Inilah rumahku, sahutku padanya. Mendapati pintunya terkunci, saya mendorongnya sekuat tenaga hingga terbuka. Kami berdua lalu masuk. Aku kembali dan mengunci pintu seperti semula.

Setelah masuk, tak seorang pun kami jumpai di dalam. Saya senang dengan kebetulan yang agak aneh ini. Kami pun berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain hingga sampai di sebuah kamar, dengan perabotan yang lengkap dan indah. Saya singkapkan sebagian pakaiannya seperti sedang berada di rumahnya sendiri.

Ia kemudian bersandar pada sebuah sofa dan berujar,
“Saya lapar, kamu siapin makan ya!”

Saya tidak kuasa menolak permintaannya. Saya memeriksa rumah itu, dan Tuhan memberi saya kemudahan, sehingga mendapatkan sebuah hidangan mewah. Saya hidangkan untuknya. Saya sangat senang karena semua rencana saya berjalan lancar. Setelah menyelesaikan makannya, ia berujar lagi:

“Patutkah ada makanan tanpa arak? Padahal penyair bilang:

Minum tuak ketika makan tiga untungnya
Untuk obat dan kebugaran
Pelezat rasa bagi makanan dan mengundang kegembiraan
Menghilangkan sedih dan kegundahan

“Baiklah, sayang!” ujar saya. Kembali saya periksa rumah itu hingga menemukan sebotol anggur:

Kurenggut kebebasanku hingga jika aku sampai
Dan lidah bertemu dengan bibir
Tentu aku akan menjadi bahan gunjingan
Hingga mengalirlah cerita dalam dongeng

Baunya sangat menyengat hidung. Saya tuangkan tuak itu ke dalam gelas dan kami minum sama-sama. Satu-dua teguk hingga kami pun mulai mabuk. Kami beralih dari minum tuak ke saling cumbu. Di saat kami tengah asyik dimabuk tuak dan cinta, pemilik rumah pun datang dan melihat kami sedang berangkulan sambil berciuman.

Namun, tak terlihat tanda-tanda ia akan marah dan tidak suka. Sebaliknya, ia malah tampak senang dan gembira. Katanya kepada kami:

“Hmm, sepasang kekasih. Patutkah kalian makan minum dan bersenang-senang tanpa mengundang pemilik rumah? Tapi masa tak bisa diputar. Mari kita ulangi lagi.”

Terkejut saya mendengar kata-katanya dan memandangnya penuh selidik. Tampaknya, ia orang berada. Ia lalu meninggalkan kami sebentar dan pergi ke kamar tidurnya. Setelah mengganti pakaiannya ia cepat menemui kami.

“Hanya Allah yang tahu betapa senangnya aku melihat kalian. Kalian telah meramaikan tempatku dan telah memuliakan rumahku. Aku harus minum tuak untuk itu dan berdendang riang karena melihat kalian:

Keriangan adalah jiwaku, bagaimana mungkin aku meninggalkannya
Sungguh ia indah dipandang dan didengar
Keriangan yang membuat si miskin lebih rela meraihnya
Daripada permata dan mutiara


Ia menuangi gelas kami dan memberi saya segelas. Saya pun meminumnya. Begitu terus; ia yang menuangkan, saya yang minum. Hingga saya merasa, ia ingin membuat saya mabuk. Meski sadar, tetapi apa yang berikan saya terima saja hingga saya pun benar-benar mabuk dan tergolek di ranjang. Lalu pura-pura tertidur.

Melihatku tertidur pulas, barulah ia mendekati teman perempuan saya, mencoba merayu dan memeluknya. Kini berganti, giliran perempuan itu yang memberinya minuman. Hal itu membuat rasa cemburu saya membubung tinggi, meski tetap berusaha berusaha untuk menahan diri sambil berbisik di dalam hati, “Mereka pasti sedang bercanda saja.”

Sayangnya, praduga saya salah. Melihat perempuan saya tidak menolak, si lelaki terus saja merayunya karena ia mengira saya sedang lengah. Sebelum mereka melangkah lebih jauh, saya bangkit dari tempat tidur dan segera menusukkan sebilah belati padanya. Tusukan saya menyebabkan laki-laki itu tersungkur mati.

Melihat kejadian itu, si perempuan berlari keluar rumah dan melarikan diri. Para tetangga pun segera mendatangi kami. Begitu melihat ada yang terbunuh, mereka langsung menangkap dan menyerahkan saya ke polisi. Saya pun diseret ke penjara, yang menjadi tempat menginap saya malam itu. Hari berikutnya barulah saya sadar. Saya ceritakan semua yang saya alami kepada kepala polisi. Namun, ia tetap menahan saya di penjara ini dan melepaskan perempuan itu.

Tuanku, Allah tahu bahwa saya amat menyesali perbuatan saya dan rela meninggalkan semua dosa saya karena di penjara ini saya sudah tinggal selama tiga tahun, dan mengalami berbagai bentuk penyiksaan yang menyakitkan. Hingga Tuhan memberi tempat ini kemuliaan dengan kunjungan Tuanku. Saya mohon, Tuanku, bebaskanlah saya dari penjara yang gelap ini agar sisa umur ini dapat hamba habiskan dengan menjauhi segala perbuatan jahat. Untuk itu hamba doakan agar Tuanku panjang umur.

Khalifah menolehnya sebentar lalu berujar:
“Dosa Anda terlalu besar dan kejahatan Anda lebih parah dari itu. Orang mabuk tidak dihukum karena mabuknya, tetapi hukuman membunuh jiwa orang yang Allah haramkan membunuhnya hanyalah eksekusi mati. Tujuannya agar si pembunuh menyadari kesalahannya dan agar orang lain tidak melakukan hal yang sama.”
Pada kesempatan itu juga, Khalifah memanggil algojo yang lalu memenggal lehernya. Dia pun mati, korban kebodohan dan perbuatannya konyolnya sendiri.

dambil dari:
http://majalah.sagangonline.com/index.php?option=com_content&task=view&id=60&Itemid=138

THE TALES OF BEEDLE THE BARD

(Diterjemahkan dari buku The Tales of Beedle the Bard karya J.K. Rowling)

cover

Pendahuluan

Kisah Beedle si penyair (The Tales of Beedle the Bard) adalah kumpulan cerita yang ditulis oleh para penyihir muda. Dongeng-dongeng tersebut menjadi cerita pengantar tidur yang populer selama berabad-abad, sehingga kisah PENYIHIR DAN KUALI YANG MELOMPAT dan MATA AIR KEBERUNTUNGAN merupakan dongeng yang dikenal murid-murid Hogwarts sebagaimana anak-anak dari dunia Muggle (orang-orang yang tidak memiliki kemampuan sihir) mengenal kisah-kisah Cinderella dan Sleeping Beauty (Putri Tidur).

Kisah Beedle si penyair mewakili kisah-kisah dari berbagai aspek, contohnya kebajikan selalu berbuah manis dan kejahatan mendapat ganjaran. Sekalipun terdapat perbedaan yang mendasar, pada dongeng-dongeng dunia Muggle – sihir cenderung merupakan unsur jahat dan merupakan akar masalah yang mencelakakan tokoh-tokoh baik. Penyihir memberikan apel beracun (Snow White – Putri Salju), membuat putri tidur seratus tahun (Sleeping Beauty), atau merubah seorang pangeran menjadi monster buruk rupa (Beauty and the Beast). Kisah Beedle si Penyair menceritakan dongeng yang berbeda, dalam kisah tersebut para pahlawan memiliki kemampuan sihir tapi mereka mengahadapi persoalan sulit seperti yang kita alami. Kisah Beedle telah banyak menolong para penyihir dari generasi ke generasi dalam menjelaskan kesulitan hidup kepada anak-anak mereka bahwa sihir dapat menyebabkan banyak masalah seperti sebuah kutukan.

Perbedaan mendasar dalam dongeng dunia sihir, pelaku-pelaku pada kisah Beedle si penyair, aktif mencari keberuntungan mereka, yang tentunya berbeda dibandingkan tokoh-tokoh wanita dalam dongeng dunia Muggle. Asha, Altheda, Amata, dan Babbitty Rabbitty adalah penyihir-penyihir wanita yang berusaha menentukan sendiri nasib mereka, dibandingkan dongeng dunia muggle dimana sang putri terbujur tidur menunggu sang pangeran atau menunggu seseorang mengembalikan sepatu kaca yang hilang. Kisah yang agak mirip adalah “The Warlock’s Hairy Heart”, terdapat kesamaan ide tetapi akhir kisahnya bukan bahagia untuk selama-lamanya.

Beedle si penyair hidup pada abad 15, dan kisah hidupnya diselimuti misteri. Lahir di Yorkshire dan yang tersisa hanyalah patung dari kayu yang menggambarkan ia memiliki janggut yang bagus. Seandainya kisah-kisah tersebut merupakan refleksi dari opininya, diibaratkan beliau seperti Muggle yang tidak memiliki kepedulian.

Ia tidak percaya pada sihir hitam karena hal tersebut memberikan dampak buruk berupa tindakan jahat, sikap masa bodoh, atau secara serampangan menggunakan bakat yang mereka miliki. Para pahlawan dalam dongeng tersebut bukanlah penyihir yang sakti, mereka adalah para penyihir yang baik hati, memiliki akal sehat dan pintar.

Penyihir masa kini yang masuk dalam kategori tersebut adalah Profesor Albus Percival Wulfric Dumbledore, Order of Merlin (kelas I), Kepala sekolah Hogwarts, Anggota kehormatan Konfederasi Sihir Internasional, Ketua Warlock of Wizengamot. Diantara warisan beliau berupa catatan-catatan pemikiran yang diberikan untuk Hogwarts terdapat satu set catatan tentang Kisah Beedle si Penyair. Tidak diketahui dengan pasti apakah tulisan tersebut dimaksudkan untuk kesenangan pribadi ataukah untuk publikasi dimasa yang akan datang. Penerbitan catatan tersebut sudah melalui persetujuan Profesor Minerva McGonagall, saat ini kepala sekolah Hogwarts, besama dengan Kisah Beedle si penyair yang diterjemahkan oleh Hermione Granger. Kita berharap wawasan Profesor Dumbledore yang meliputi observasi mengenai sejarah sihir, kenangan personal, dan pencerahan informasi yang menjadi elemen pada tiap kisah tersebut menjadi bahan acuan bagi generasi selanjutnya, pembaca kisah tersebut baik dari dunia sihir maupun Muggle. Bagi mereka yang mengenal Profesor Dumbledore secara pribadi percaya, ia akan mendukung program ini dan memberikan seluruh royaltinya untuk disumbangkan kepada The Children’s High Level Group, yang bekerja untuk anak-anak yang membutuhkan perhatian.

Ini hanya merupakan sumbangan kecil, berupa sedikit tambahan pada catatan Profesor Dumbledore. Sejauh yang kita tahu, catatan tersebut selesai kurang lebih 18 bulan sebelum terjadi peristiwa tragis di Menara Astronomi Hogwarts. Dikenal sebagai perang paling terkini dalam dunia sihir (sebagai contoh, mereka yang membaca 7 buku tentang kehidupan Harry Potter) akan mengerti Profesor Dumbledore hanya mengungkapkan sedikit saja pengetahuannya tentang akhir kisah pada buku ini. Apa yang Dumbledore katakan tentang kebenaran Kisah Tiga Bersaudara, bertahun-tahun yang lalu kepada murid-murid favoritnya:

“Hal tersebut sangat indah dan mengerikan, dan karenanya kita akan mengalami ketakutan dengan sangat hati-hati.”

Terserah kita setuju atau tidak, mungkin kita akan membiarkan Profesor Dumbledore berharap dapat melindungi pembaca yang akan datang dari godaan yang telah dirampas darinya dan untuk itu ia harus membayar dengan nyawanya.

J. K. ROWLING

2008

**********

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

1. PENYIHIR DAN KUALI YANG MELOMPAT

2. MATA AIR KEBERUNTUNGAN

3. BABBITTY SI KELINCI DAN BONGGOL POHON YANG DAPAT BICARA

4. PENYIHIR DENGAN HATI BERAMBUT (dalam proses diterjemahkan)

5. KISAH TIGA BERSAUDARA


(penterjemahan ini dilakukan tanpa seizin penulis maupun penerbitnya dan tanpa tujuan komersil, jika ada pihak-pihak yang keberatan dengan terjemahan ini dapat menghubungi andy_hatman@yahoo.com kemudian selanjutnya kami akan menonaktifkan tulisan ini)